YOGYAKARTA, SENIN - Air hujan sangat sayang jika dibiarkan mengalir ke sungai atau saluran air, sebab sebenarnya bisa ditampung sebagai persediaan air tanah. Beranjak dari itulah, inovasi sederhana yakni Lubang Resapan Berpori, dikembangkan oleh Team Biopori Yogyakarta.
Tim yang beranggotakan masyarakat peduli lingkungan dari RW 11 Wirobrajan, Kota Yogyakarta ini, Senin (20/10) sore menggelar dialog bersama warga, dan mendemonstrasikan pembuatan Lubang Resapan Berpori (LRB).
LBR dibuat dengan mengebor (manual) tanah sedalam kurang dari semeter. Selanjutnya pada bagian atas lubang, ditempatkan bis beton lingkaran berukuran kecil, atau persis seukuran konblok semen segi enam. Tepat di atas beton dipasang teralis besi sebagai saringan.
LBR selanjutnya diisi sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori atau pori berbentuk liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktifitas fauna tanah atau akar tanaman. Pada musim hujan, begitu masuk lubang, air akan mengenai sampah organik. Proses selanjutnya, sampah tersebut dipanen saat musim kemarau sebagai humus, sebagai pupuk tanaman.
Koordinator Team Biopori Endarwati mengatakan, LRB berfungsi sebagai sumur resapan. Berbeda dengan resapan konvensional yang hanya meresapkan air di bagian dasar, LBR bisa meresapkan air di dindingnya.
Biaya pembuatannya pun sangat murah. Satu LRB hanya menghabiskan paling banyak Rp 20.000. Untuk bor manualnya, tim menyediakan dengan harga Rp 200.000.
Paling tidak, konblok dan aeral semen di halaman dan di jalan bisa diselingi LBR. Jarak antar LRB setidaknya satu meter, ujarnya.
Endarwati mengatakan, ide pembuatan LRB dilakukan setelah mereka mengikuti sarasehan hari air dunia. Di RW 11, LRB sudah terdapat di lebih dari 100 rumah.
Lukas Adi Prasetyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar